A. Pendahuluan
Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan,
yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut
perangkap “ traps “ dan penghadang “ guiding barriers “.
Dalam operasionalnya, bubu terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots).
Bubu yang daerah operasionalnya berada di dasar perairan.
2. Bubu Apung (Floating Fish Pots).
Bubu yang dalam operasional penangkapannya diapungkan.
3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots).
Bubu yang dalam operasional penangkapannya dihanyutkan.
Disamping ketiga bubu yang disebutkan di atas, terdapat beberapa jenis bubu yang lain seperti :
- Bubu Jermal.
Termasuk jermal besar yang merupakan perangkap pasang surut (tidal trap).
- Bubu Ambai.
Disebut juga ambai benar, bubu tiang, termasuk pasang surut ukuran kecil.
- Bubu Apolo.
Hampir sama dengan bubu ambai, bedanya ia mempunyai 2 kantong, khusus
menangkap udang rebon.
B. Konstruksi Bubu
Bentuk
bubu bervariasi. Ada yang seperti sangkar (cages), silinder
(cylindrical),gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak,
bulat setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu
(bamboo`s splitting or-screen).
Secara umum, bubu terdiri dari bagian-bagian badan (body), mulut (funnel) atau ijeh, pintu.
Ø Badan (body).
Berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung.
Ø Mulut (funnel).
Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tidak dapat keluar.
Ø Pintu.
Bagian tempat pengambilan hasil tangkapan.
B.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
Untuk bubu dasar, ukuran bubu dasar bervariasi, menurut besar kecilnya yang dibuat menurut kebutuhan. Untuk bubu kecil, umumnya berukuran panjang 1m, lebar 50-75 cm, tinggi 25-30 cm. untuk bubu besar dapat mencapai ukuran panjang 3,5 m, lebar 2 m, tinggi 75-100 cm.
B.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Tipe bubu apung berbeda dengan bubu dasar. Bentuk bubu apung ini bisa silindris, bisa juga menyerupai kurung-kurung atau kantong yang disebut sero gantung. Bubu apung dilengkapi dengan pelampung dari bambu atau rakit bambu yang penggunaannya ada yang diletakkan tepat di bagian atasnya.
B.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
Bubu hanyut atau “ pakaja “ termasuk bubu ukuran kecil, berbentuk silindris, panjang 0,75 m, diameter 0,4-0,5 m.
B.4. Bubu Jermal
Ukuran bubu jermal, panjang 10 m, diameter mulut 6 m, besar mata pada bagian badan 3 cm dan kantong 2 cm.
B.5. Bubu Ambai
Bubu ambai termasuk perangkap pasang surut berukuran kecil, panjang keseluruhan antara 7-7,5 m. bahan jaring terbuat dari nilon (polyfilament). Jaring ambai terdiri dari empat bagian menurut besar kecilnya mata jaring, yaitu bagian muka, tengah, belakang dan kantung. Mulut jaring ada yang berbentuk bulat, ada juga yang berbentuk empat persegi berukuran 2,6 x 4,7 m. pada kanan-kiri mulut terdapat gelang, terbuat dari rotan maupun besi yang jumlahnya 2-4 buah. Gelang- gelang tersebut dimasukkan dalam banyaknya jaring ambai dan dipasang melintang memotong jurusan arus. Satu deretan ambai terdiri dari 10-22 buah yang merupakan satu unit, bahkan ada yang mencapai 60-100 buah/unit.
B.6. Bubu Apolo
Bahan jaring dibuat dari benang nilon halus yang terdiri dari bagian-bagian mulut, badan, kaki dan kantung. Panjang jaring keseluruhan mencapai 11 m. Mulut jaring berbentuk empat persegi dengan lekukan bagian kiri dan kanan. Panjang badan 3,75 m, kaki 7,25 m dan lebar 0,60 m. pada ujubg kaki terdapat mestak yang selanjutnya diikuti oleh adanya dua kantung yang panjangnya 1,60 m dan lebar 0,60 m.
C. Hasil tangkapan Bubu
C.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
Hasil tangkapan dengan bubu dasar umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap ( Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting, rajungan, dll.
C.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Hasil tangkapan bubu apung adalah jenis-jenis ikan pelagik, seperti tembang, japuh, julung-julung, torani, kembung, selar, dll.
C.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
Hasil tangkapan bubu hanyut adalah ikan torani, ikan terbang (flying fish).
C.4. Bubu Ambai
Hasil tangkapan bubu ambai bervariasi menurut besar kecilnya mata jaring yang digunakan. Namun, pada umumnya hasil tangkapannya adalah jenis-jenis udang.
C.5. Bubu Apolo
Hasil tangkapan bubu apolo sama dengan hasil tangkapan dengan menggunakan bubu ambai, yakni jenis-jenis udang.
D. Daerah Penangkapan
D.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan.
D.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu apung dihubungkan dengan tali yang disesuaikan dengan kedalaman tali, yang biasanya dipasang pada kedalaman 1,5 kali dari kedalaman air.
D.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu hanyut ini sesuai dengan namanya yaitu dengan menghanyutkan ke dalam air.
D.4. Bubu Jermal dan Bubu Apolo
Dalam operasi penangkapan, kedua bubu di atas diletakkan pada daerah pasang surut (tidal trap). Umumnya dioperasikan di daerah perairan Sumatera.
D.5. Bubu Ambai
Lokasi penangkapan bubu ambai dilakukan antara 1-2 mil dari pantai.
E. Alat Bantu Penangkapan
Dalam operasi penangkapan, terdapat alat bantu penangkapan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak.
Alat bantu penangkapan tersebut antara lain :
· Umpan.
Umpan
diletakkan di dalam bubu yang akan dioperasikan. Umpan yang dibuat
disesuaikan dengan jenis ikan ataupun udang yg menjadi tujuan
penangkapan.
· Rumpon.
Pemasangan rumpon berguna dalam pengumpulan ikan.
· Pelampung.
Penggunaan
pelampung membantu dalam pemasangan bubu, dengan tujuan agar memudahkan
mengetahui tempat-tempat dimana bubu dipasang.
· Perahu.
Perahu digunakan sebagai alat transportasi dari darat ke laut (daerah tempat pemasangan bubu).
· Katrol.
Membantu dalam pengangkatan bubu. Biasanya penggunaan katrol pada pengoperasian bubu jermal.
F. Teknik Operasi (Sitting dan Hunting)
F.1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
Dalam operasional penangkapannya bisa tunggal (umumnya bubu berukuran
besar), bisa ganda (umumnya bubu berukuran kecil atau sedang) yang dalam
pengoperasiannya dirangkai dengan tali panjang yang pada jarak tertentu diikatkan
bubu tersebut. Bubu dipasang di daerah perairan karang atau diantara karang-karang
atau bebatuan. Bubu dilengkapi dengan pelampung yang dihubungkan dengan tali
panjang. Setelah bubu diletakkan di daerah operasi, bubu ditinggalkan, untuk
kemudian diambil 2-3 hari setelah dipasang, kadang hingga beberapa hari.
F.2. Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Bubu apung dilengkapi pelampung dari bambu atau rakit bambu, dilabuh melalui
tali panjang dan dihubungkan dengan jangkar. Panjang tali disesuaikan dengan
kedalaman air, umumnya 1,5 kali dari kedalaman air.
F.3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
Pada waktu penangkapan, bubu hanyut diatur dalam kelompok-kelompok yang
kemudian dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya sehingga jumlahnya
menjadi banyak, antara 20-30 buah, tergantung besar kecil perahu/kapal yang akan
digunakan dalam penangkapan.
Operasi penangkapan dilakukan sebagai berikut :
- Pada sekeliling bubu diikatkan rumput laut.
- Bubu disusun dalam 3 kelompok yang saling berhubungan melalui tali penonda (drifting line).
- Penyusunan kelompok (contohnya ada 20 buah bubu) : 10 buah diikatkan pada ujung tali penonda terakhir, kelompok berikutnya terdiri dari 8 buah dan selanjutnya 4 buah lalu disambung dengan tali penonda yang langsung diikat dengan perahu penangkap dan diulur sampai + antara 60-150 m.
F.4. Bubu Jermal
Pada bubu jermal, operasi penangkapan dilakukan dengan menekan galah yang
terdapat pada kanan/kiri mulut jaring ke bawah sampai di dasar sehingga mulut
kantung jaring terbuka. Bubu kemudian diangkat setelah dibiarkan 20-30 menit.
Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menutup mulut jaring dengan cara
mengangkat bibir bawah ke atas, kemudian diikuti mengangkat bagian-bagian tengah
kantong melalui katrol-katrol. Pengambilan hasil dilakukan dengan membuka ikatan
tali pada ujung belakang kantong.
F.5. Bubu Ambai
Penangkapan dengan bubu ambai dilakukan pada waktu air pasang maupun surut.
Arah dari mulut jaring dapat dibolak-balik dihadapkan darimana datangnya arus.
Setelah 15-20 dari pemasangan, dapat dilakukan pengambilan hasil, yaitu dengan
mengangkat bagian bawah mulut ke permukaan air dengan mempertemukan bibir
atas dan bawah. Demikian seterusnya dilakukan hingga seluruh deretan ambai selesai
dikerjakan, kemudian dilakukan pembukaan tali-tali pengikat pada ujung belakang
kantung. Operasi penangkapan dilakukan 2-3 orang untuk tiap kali penangkapan,
tergantung banyak sedikitnya unit atau jaring yang dipakai.
F.6. Bubu Apolo
Pengoperasian bubu apolo dilakukan baik siang ataupun malam hari pada waktu
air pasang maupun surut. Pengoperasian apolo ini memerlukan 2-3 orang. Tempat
melakukan operasi penangkapan, yakni 1-2 mil dari pantai.
G. Hal-hal Yang Mempengaruhi Penangkapan
Dalam setiap operasi penangkapan nelayan harus memperhatikan hal-hal yang
mungkin akan mempengaruhi hasil tangkapannya.Antara lain factor adanya lampu
sebagai alat bantu atau mungkin rumpon.Selain hal tersebut diatas perlu
diperhatikan efektifitas penangkapan,sehingga perlu adanya perkiraan hari dan
hitungan bulan(apakah ini termasuk bulan terang ataukah termasuk bulan mati)
H.Sumber Bacaan
Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut di Indonesia.Nomor 50 Th. 1988/1989.
Edisi khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.Sumber