Showing posts with label Science. Show all posts
Showing posts with label Science. Show all posts

Thursday, 19 March 2015

Cara Pelik Orang Asli Afrika Tangkap Ikan

Jika di Malaysia orang-orang kampung yang tinggal berdekatan sawah akan menangkap ikan menggunakan alat khas yang dipanggil sebagai bubu.  Kemeriahan musim menangkap ikan sawah tidak dapat disangkal lagi kerana kadang-kadang ianya menjadi satu pesta kepada orang-orang kampung.  Kini, jika di negeri Kedah teknik menangkap ikan sawah turut diperkenalkan kepada kepada para pelancong luar.

Paparan berikut adalah mengenai ritual pelik masyarakat orang Asli Afrika ketika menangkap ikan.  Jom ikuti kisahnya…
Sekali setahun perairan suci Tasik Antogo di Mali dibuka kepada para nelayan. Ribuan nelayan berbaris  di sekeliling tasik tersebut.  Ketika itu, ribuan nelayan akan  beratur untuk menangkap ikan di Tasik Antogo di Mali.
asliAfrika2
Meriah… sedia untuk memulakan acara menangkap ikan
Sejurus selepas letupan dari pistol dibunyikan sebagai permulaan, mereka akan menyerbu secara tergesa-gesa untuk ke bahagian tengah tasik.  Seluruh tasik dipenuhi dengan para nelayan dan ketika itu, ikan-ikan benar-benar tidak lagi selamat!.
Untuk pengetahuan semua, tasik yang dikatakan suci ini hanya terbuka untuk  sekali setahun untuk para nelayan tersebut.
asliAfrika
Gembira walaupun disaluti lumpur
Benua Afrika sememangnya terkenal dengan suasana yang beraneka ragam bagi pelbagai jenis tradisi yang sudah dijalankan ratusan tahun yang lalu.  Begitu juga dengan ritual unik satu ini.
Ritual unik atau pelik ini dipanggil sebagai Antogo di mana para nelayan hanya berpeluang menangkap ikan-ikan di tasik tersebut hanya setahun sekali bagi menjaga kesuciannya.  Danau kecil ini juga dianggap menakutkan bagi sesetengah masyarakat.
Dikatakan pada  masa dahulu lokasi tasik itu merupakan sebuah kawasan hutan hijau dan subur.  Danau, yang dianggap suci dipenuhi oleh ikan yang memberikan rezeki melimpah kepada para penduduk setempat. Namun, dek  kerana perubahan iklim dan perubahan masa maka kawasan ini secara berperingkat telah menjadi kering kontang serta  tidak lagi subur.
asliAfrika4
Penduduk tekun menangkap ikan di tasik
Oleh yang demikian, para penduduk setempat kini menghadapi masalah besar kerana kekurangan bekalan air.  Namun, pada mereka danau tersebut masih merupakan sumber air yang amat berharga bak emas berlian.
Acara Antogo  diadakan pada bulan ke-6 setiap musim kemarau, umumnya sekitar bulan Mei. Namun begitu, tarikh yang tepat akan ditentukan oleh ketua adat.
Sebagai menandakan tarikh menangkap ikan semakin hampir, maka sebatang tongkat akan dipacakkan di tengah-tengah tasik  tersebut bagi memberitahu kepada masyarakat di situ tentang acara yang semakin dekat.
Seterusnya, pada hari yang akhirnya ditetapkan sebagai hari Antogo, maka keluarkan ratusan orang berkumpul di sekitar danau Bamba itu.   3 kelompok terbesar yang dibentuk oleh keluarga yang paling dihormati dari  berbagai penduduk kampung  kuno Dogon.
Kelompok dari kampung Bamba sendiri biasanya yang terbesar.  Beberapa kelompok orang akan membacakan mantera dan pujian bagi dewa mereka. Setelah  mereka selesai membaca mantera, menandakan Antogo  dimulai.
asli_afrika3
Masing-masing bersedia dengan bubu untuk menangkap ikan
Masyarakat di situ lebih  selesa untuk memilih tinggal di sekitar batu, bukit-bukit dan kawasan-kawasan sunyi iaitu jauh dari sungai Niger yang  digeruni.
Namun untuk festival Antogo, semua ketakutan diketepikan dan orang-orang melompat tepat ke dalam air untuk mendapatkan ikan-ikan di dalam tasik tersebut.
Pesta ini sememangnya meriah tetapi jika di tempat kita jampi mantera tidak lah dilakukan kerana ianya syirik.  Jom tangkap ikan…!

Credit:Sumber

Sunday, 7 September 2014

ANATOMI IKAN


ANATOMI IKAN








ANATOMI DAN FISIOLOGI IKAN NILA HITAM


Pencernaan secara fisik dan mekanik dimulai di bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya gigi pada proses pemotongan dan penggerusan makanan. Pencernaan secara mekanik ini juga berlangsung di segmen lambung dan usus yaitu melalui gerakan-gerakan (kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan secara mekanik di segmen lambung dan usus terjadi lebih efektif oleh karena adanya peran cairan digestif. Pada ikan, pencernaan secara kimiawi dimulai di bagian lambung, hal ini dikarenakan cairan digestif yang berperan dalam proses pencernaan secara kimiawi mulai dihasilkan di segmen tersebut yaitu disekresikan oleh kelenjar lambung. Pencernaan ini selanjutnya disempurnakan di segmen usus. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan di segmen usus berasal dari hati, pankreas, dan dinding usus itu sendiri. Kombinasi antara aksi fisik dan kimiawi inilah yang menyebabkan perubahan makanan dari yang asalnya bersifat komplek menjadi senyawa sederhana atau yang asalanya berpartikel makro menjadi partikel mikro. Bentuk partikel mikro inilah makanan menjadi zat terlarut yang memungkinkan dapat diserap oleh dinding usus yang selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. .



Anatomi dan Fisiologi Ikan nila

DEFINISI IKAN (PISCES)

Bertulang belakang (termasuk vertebrata), habitatnya perairan, bernapas dengan insang (terutama), bergerak dan menjaga keseimbangan tubunya menggunakan sirip-sirip, bersifat poikilotermal.


MORFOLOGI (Bentuk Tubuh) IKAN
Bervariasi sekali, tetapi morfologi dasarnya adalah terdiri dari gambar 1, gambar 2.a bentuk umum : bilateral, kepala, badan, dan ekor simetri, dan gambar 2.b nonsimetri ikan nila ( Oreochromis niloticus )



ANATOMI
Ada 10 sistem anatomi pada tubuh ikan :
1.Sistem penutup tubuh (kulit) : antara lain sisik, kelenjar racun, kelenjar lendir, dan sumber-sumber pewarnaan.
2.Sistem otot (urat daging): – penggerak tubuh, sirip-sirip, insang - organ listrik
3.Sistem rangka (tulang) : tempat melekatnya otot; pelindung organ-organ dalam dan penegak tubuh
4.Sistem pernapasan (respirasi): organnya terutama insang; ada organ-organ tambahan
5.Sistem peredaran darah (sirkulasi) : – organnya jantung dan sel-sel darah - mengedarkan O2, nutrisi, dsb
6.Sistem pencernaan : organnya saluran pencernaan dari mulut – anus
7.Sistem saraf : organnya otak dan saraf-saraf tepi
8.Sistem hormon : kelenjar-kelenjar hormon; untuk pertumbuhan, reproduksi, dsb
9.Sistem ekskresi dan osmoregulasi : organnya terutama ginjal
10.Sistem reproduksi dan embriologi : organnya gonad jantan dan betina Ada hubungan yg sangat erat antara ke-10 sistem anatomi tersebut, misalnya: menentukan cara bergeraknya mempengaruhi bentuk tubuh - sistem urat daging dan sistem rangka - O2 dari perairan ditangkap oleh sistem pernafasan dan peredaran darah dibawa ke seluruh tubuh melalui darah darah, dipertukarkan dg CO2




1.B – S Ikan mempunyai variasi antara lain dalam hal bentuk, ekologi, habitat, keragaman jenis dan reproduksi
2.B – S Organ pada kulit adalah sisik, kelenjar lendir, organ cahaya dan organ listrik
3.B – S Fungsi pewarnaan pada tubuh ikan adalah untuk penyalamatan diri dan mencari makan
4.B – S Organ cahaya pada ikan ada dua macam, yaitu simbiosis mutualistik antara ikan dengan bakteri yang mengeluarkan cahaya dan berasal dari modifikasi kelenjar lender
5.B – S Walaupun bentuk ikan bervariasi tetapi pola umumnya tetap yakni terdiri dari bagian kepala, badan, dan ekor.
6.B – S Ikan selain menguntungkan bagi manusia, tetapi ada juga bahayanya misalnya ikan buas, ikan beracun dan berorgan listrik
7.B – S Dalam sistem sirkulasi, jantung merupakan organ yang sangat penting karen berperan sebagai pemompa darah ke seluruh bagian tubuh dan bekerja secara otomatis di bawah kendali saraf pusat (Involunteer)
8.B – S Alat pernapasan tambahan pada ikan berfungsi untuk mengambil O2 dari dalam air karena kerja insang kurang efektif
9.B – S Morfologi ikan merupakan kombinasi sistem rangka dan urat daging sebagai evolusi adaptasi ikan terhadap lingkungannya
10.B – S Darah berfungsi mengangkut sari-sari makanan, hormon-hormon, antibodi dan sisa-sisa metabolisme gas-gas antara lain O2 (dari berbagai sumber media)



Sumber

More Fishing Stories:  http://Gofishtalk.com

Wednesday, 23 April 2014

Kenali 8 Spesis Pari Yang Popular Di Malaysia


Merasai tarikan ikan Pari atau nama saitifiknya dasyatidae memang sesuatu yang amat mengujakan terutama bagi mereka yang menggemari aktiviti memancing. Tarikan padu dan larian bertenaga ikan ini memang sering di dambakan oleh kaki pancing di Malaysia. Tidak hairanlah jika ada sesetengah pihak menggelarkan spesies ini sebagai “lesen besar” di dalam dunia memancing mereka.
 
Di sini kami ingin berkongsikan jenis-jenis ikan Pari yang popular di Malaysia.
 
1. Pari Beting
                Pari beting menjadi antara pari yang paling popular di Malaysia. Dari utara ke selatan, timur ke barat ada sahaja spesies ini yang berjaya dipancing oleh kaki pancing. Menurut nelayan tempatan, pari beting ini mendapat namanya kerana ia sering menjadikan beting pasir sebagai lokasi untuk berehat dan memburu mangsanya. Kebiasaannya pari jenis ini akan membenamkan diri ke dalam beting pasir apabila terdapat ancaman. Diet utama bagi ikan jenis ini adalah udang hidup, ikan bebolos, sotong dan bermacam-macam lagi. Pendek kata, asal ada makanan di depan matanya pasti akan disambar.
 
2. Pari Tanjung
                Ramai juga yang terkeliru mengenai rupa bentuk pari beting dan pari tanjung. Ianya sebenarnya amat senang dibezakan. Pari tanjung mempunyai tanduk yang lebih panjang berbanding pari beting dan ianya juga lebih nipis berbanding pari beting yang mempunya isi yang tebal. Habitat ikan pari tanjung ini biasanya di beting-beting pasar dan juga kawasan yang berlumpur. Diet utamanya sama seperti pari beting, tetapi umpan yang paling popular untuk menawan spesies ini adalah udang hidup.
 
3. Pari Rimau
                Inilah antara pari yang paling mencabar untuk didaratkan. Apa tidaknya, daya tarikan dan renangan pari rimau pastinya mampu melemahkan otot-otot dan sendi pemancing. Pari rimau ini mendapat namanya kerana corak dibadannya yang bertompok seakan-akan harimau. Tidak hairanlah tenaganya juga sekuat raja rimba itu. Habitat bagi spesies ini kebiasaannya ialah dikawasan pantai yang berbatu. Dietnya juga lebih kurang sama seperti spesies pari yang lain. Asal ada umpan, pasti akan disebatnya.
 
4. Pari Karang
                Secocok dengan namanya, pari jenis ini memang menjadikan karang sebagai habitat rasminya. Ikan pari karang ini boleh dikenal pasti dengan melihat bintik-bintik biru di badannya. Isinya juga lebih tebal, namun saiznya tidaklah boleh mencapai sehingga belasan kilo. Kebiasaanya saiz yang biasa dinaikkan pemancing adalah sekitar  1 kilogram sahaja. Spesies ini juga agak pemalu dan amat susah sekali untuk memakan umpan. Jadi jika ianya memakan umpan, pasti anda antara orang yang bertuah sekali di kawasan tersebut.
 
5. Pari Bendera
Pari jenis ini berbentuk agak berbeza berbanding pari-pari yang lain di mana ianya berbentuk bujur dan ekornya lebih pendek. Pari ini juga begitu jarang sekali untuk memakan umpan. Namun, ia masih menjadi udang, sotong dan ikan sebagai antara diet pilihannya.
 
6. Pari Daun
                Juga antara pari yang begitu popular di dalam arena memancing. Pari ini mempunyai isi yang lebih tebal dan pangkal ekornya juga lebih besar berbanding ikan pari yang lain. Dibahagian ekornya juga terdapat layar kecil yang berwarna kehitaman. Ikan pari jenis ini juga dikatakan amat bahaya kerana ianya agak agresif. Justeru itu, untuk mengelakkan kecelakaan, haruslah mengendalikan ikan ini dengan lebih berhati-hati.
 
7. Pari Lang
                Pari lang juga antara spesies yang makin sukar didapati di Malaysia ini. Ikan ini mendapat namanya kerana bentuknya yang kelihatan seakan-akan burung dan mempunyai bintik-bintik berwarna putih disekitar badannya.diet utamanya juga hampir sama seperti ikan pari yang lain iaitu udang, hirisan ikan, sotong segar dan sebagainya.
 
8. Pari Minyak
                Spesies pari minyak sememangnya amat popular di dalam arena memancing laut dalam. Ini kerana saiznya yang begitu besar dan asakan padu ikan jenis ini memang menjadi kegilaan untuk sukan ini. Ikan pari minyak senang juga dikenalpasti kerana badanya berwarna hitam dan mempunyai tompok putih disekitar badannya. Namun begitu, jika dibandingkan dengan ikan pari yang lain, pari minyak kurang menjadi pilihan untuk dijadikan hidangan di meja makan. Mungkin kerana saiznya yang besar dan isinya yang liat menjadikan ikan ini kurang digemari.

Sumber

Monday, 21 April 2014

Fishing By Moon Phase: Increase Your Catch


Every fisherman dreams of a bigger catch! Is it possible to know beforehand when you should plan a trip to enjoy some fishing, catch more than usual, and come home feeling 100% satisfied? Based on my own personal research around the best fishing times, I think it is.

When I first started fishing, the best fishing time for me was whatever time happened to suit me. I tried different lures, baits and techniques until I'd spent a small fortune in my quest to improve my fishing catch. When I finally heard about the "Solunar Theory"--or fishing by moon phase--like most anglers, I was skeptical.

What I'd read sounded too complicated. All sorts of factors needed to be checked and the determined angler needed to be at the water's edge at exactly the right time, TO THE MINUTE, in order to improve on his average catch. Was I really willing to take my hobby that seriously? Let's just say that curiosity got the better of me.

To help me determine whether there was any truth in the moon's effect on the best fishing times, I kept a record of every trip I made over a period of 18 months. All information related to the moon's phases, the weather conditions and the catches I made were carefully logged. What I discovered convinced me that moon phase fishing works. BUT, I also found that it isn't anywhere near as complicated as many would have us believe.

How Does Fishing By Moon Phase Work?

Every fisherman knows that the best fishing times are when the fish are feeding. This tends to be during dawn and dusk, but what often goes unnoticed are the two periods elsewhere in the day--moonrise and moonset. Because the moon has an effect on a variety of factors surrounding the fish--including the live fodder they hunt--these periods, combined with the moon's phase, are what trigger feeding.

By understanding this, and choosing times when sunrise/sunset and moonrise/moonset coincide with new or full moon phases, you'll increase you chance of a good fishing catch. Assuming there are fish in the area, of course.

Choosing The Best Fishing Times

There really is nothing complicated about this at all; it's just a matter of knowing ahead of time exactly when the sun and moon will rise and set. Fish are most active during 90-minute windows surrounding each of these four daily events; that's 45 minutes before and after these four daily points.

Fishing during these four periods will help increase your fishing catch, but if you plan wisely so as to ensure you're at the water's edge on the days of new or full moon, you can use these 'windows' to reel in a catch like you've never done before. If you have to choose between sunrise/set and moonrise/set, always go with the moon as the moon is the stronger influence.

Hunters have always known that fish and game are most active at dawn and dusk--sunrise and sunset--but their activity surrounding moonrise and moonset is less noticeable because these events are likely to occur without e­ffecting any change in the perceived light. The rise and set of a new moon is invisible anyway, and overcast weather often hides the moon. Without prior knowledge of setting and rising times, two of the best fishing times will be missed every day!

Other Considerations

When planning your fishing by moon phase, there are certain other factors that should also be considered.

Weather - Severe weather changes have an impact on the way fish feed. When a storm's brewing, or just after one has passed, is a good time. If this happens while you're in place, you'll be in for a treat! However, if there's a cold front approaching, the fish are likely to move deeper into the water and become inactive.

Season - Most fish are more likely to bite willingly during seasonal transitions with the transition from winter to spring and summer to fall being the two best fishing times.

Now that you know that moon phase fishing really works, there's no reason why you shouldn't utilize this knowledge to increase your own fishing catch by being at the ready with your rod during the best fishing times available. It's easy and it works!

Good luck!


More Fishing News: www.gofishtalk.com

Tuesday, 8 April 2014

Si Hebat Pengarung Lautan


















Tingginya permintaan sushi mengancam tuna sirip biru atlantik.
Sesaat, di bawah permukaan laut, semua tampak biru sejauh mata memandang. Matahari berayun dibuai gelombang di atas kepala. Berkas sinarnya membias syahdu menembus air. Tiba-tiba, samudra itu dipenuhi para raksasa, tuna sirip biru meluncur laksana rudal.
Panjang ikan terbesar lebih dari empat meter, berbobot lebih dari setengah ton. Sinar matahari yang menembus laut memperlihatkan bagian lambung yang berkilat keperakan. Sirip belakang bawah dan sirip punggung kedua yang panjang melengkung—berkelebat. Sirip ekor yang me­ngibas cepat meluncurkan formasi itu pada kecepatan 18,5 kilometer per jam. Kecepatan maksimumnya 46 kilometer per jam. Kemudian, dengan sama mendadaknya, kawanan itu meng­hilang. Laut kembali lengang. Di sana-sini ter­lihat taburan sisik tempat tuna sirip biru me­mangsa ikan haring. Sisik itu berputar dalam pusaran air, akibat tuna yang bertolak menjauh dengan kecepatan tinggi. Kemudian olakan air melambat dan berhenti. Sisik yang tenggelam tampak bersinar. Semakin lama semakin redup, hilang ditelan kegelapan laut dalam.
Tuna sejati, genus Thunnus, amatlah kuat, berbentuk hidrodinamis. Ciri khas Thunnus di antaranya memiliki ukuran besar, kawasan luas, gerakan renang efisien, tubuh hangat, insang besar, pengaturan suhu kompleks, pengambilan oksigen cepat, konsentrasi hemoglobin tinggi, serta fisiologi jantung yang cerdas. Semua ini mencapai puncaknya pada tuna sirip biru.
Tiga spesies tuna sirip biru—atlantik, pasifik, dan tatihu di selatan—punya tempat tinggal utama masing-masing. Tuna sirip biru adalah ikan modern, namun hubungannya dengan manusia sudah berlangsung sangat lama. Nelayan Jepang telah menangkap tuna sirip biru pasifik selama lebih dari 5.000 tahun. Suku Haida dari Barat Laut Pasifik setidaknya memburu spesies yang sama selama itu juga. Artis Zaman Batu menggambar tuna sirip biru atlantik di din­ding gua Sisilia. Nelayan Zaman Besi—Funisia, Kartago, Yunani, Romawi, Maroko, Turki—mengawasi kedatangan kawanan tuna sirip biru yang ditunggu-tunggu ke tempat pembiakan di Mediterania dari atas tanjung.
"Tuna sirip biru ikut membangun peradaban Barat," kata profesor Barbara Block, pakar tuna terkemuka dari Stanford University. "Di seantero Mediterania, semua orang menjaring tuna raksasa. Setiap tahun, tuna sirip biru biasa bermigrasi melintasi Selat Gibraltar, dan be­rita kedatangannya menyebar ke semua orang. Di Bosporus, ada 30 kata untuk tuna sirip biru. Semua orang mengeluarkan jaring sero yang memiliki nama berbeda di tiap negara. Nelayan menangguk untung. Sirip biru pun jadi komoditas perdagangan. Koin Yunani dan Celt sama-sama berhias gambar tuna sirip biru raksasa."
Carl Linnaeus, bapak klasifikasi ilmiah modern, memberi nama ilmiah untuk tuna sirip biru atlantik pada 1758. Thunnus thynnus untuk tuna sirip biru atlantik: tuna di atas tuna. Fajar menyingsing merah di ufuk Cape Breton, Nova Scotia. Cuaca terasa dingin di dermaga desa Port Hood. Kami bertolak, dan Dennis Cameron, kapten Bay Queen IV, mengarahkan perahu ke utara menuju Teluk St. Lawrence. Laut lepas yang kami tuju adalah tempat tertangkapnya ikan tuna sirip biru terbesar di dunia.
Kami melintasi pulau besar Cape Breton di sebelah kanan. Di arah sebaliknya, Pulau Port Hood yang kecil tampak rendah dan hijau, dengan beberapa gelintir rumah berdinding papan putih. Cameron dibesarkan di salah satu rumah di Pulau Port Hood tersebut. Dia ingat berburu tupai di hutan, dan menyisir pantai mencari tempuling dan pelampung bekas, serta mengumpulkan cumi-cumi yang terdampar untuk umpan pancing ayahnya—gaya hidup yang kini telah lenyap. Pabrik pengalengan lobster di pulau itu sudah lama tutup. Pelabuhan yang dahulu dipenuhi perahu nelayan pada 1920-an, sehingga mirip hutan tiang layar, kini lengang. Sekitar dua puluh keluarga nelayan dan petani bertahan selama tahun 1950-an, tetapi jumlahnya terus berkurang, dan pulau itu sekarang hanya dihuni satu penduduk tetap.
Hal semacam ini terjadi pada masyarakat ne­layan di semua tempat. Lautan sekarat. Ber­kurangnya populasi ikan: kod di Provinsi Maritime Kanada, teri di perairan Peru, salem di Barat Laut Pasifik, kakap cili di perairan Antartika, dan hiu di semua lautan.
Tuna sirip biru adalah salah satu spesies yang ditangkap paling berlebihan di bumi. Kawanan tuna yang berkembang biak di pantai barat Atlantik menyusut 64 persen sejak 1970. Tonnara—jaring sero yang selama ribuan tahun digunakan orang Sisilia untuk mengurung tuna sirip biru raksasa, yang kemudian dibantai saat klimaks kegiatan yang dinamai mattanza, berhenti beroperasi satu demi satu selama sekian dasawarsa, sebagaimana sero atau berbagai nama lainnya di seantero Mediterania.
Cameron, sebagaimana anak nelayan Kanada pada umumnya, sangat memahami asam garam profesinya. "Kami dulu tak menangkap tuna," ceritanya tentang generasi ayahnya. "Memancing tuna hanyalah untuk hiburan. Dulu mereka biasa menyebut tuna, 'ikan kembung kuda'. Gunanya cuma untuk makanan kucing, atau jadi pupuk."
Pada Januari 2013, seekor tuna sirip biru dijual di Tokyo seharga 17 miliar rupiah. Harga ekstrem ini terjadi sebagian untuk publisitas, sebagian karena kebiasaan orang Jepang: Setiap tahun, tuna pertama yang dilelang di pasar menjadi sasaran perang harga gila-gilaan, bahkan menurut standar Jepang. Namun, harga normal tuna sirip biru ukuran sedang sekalipun—antara 100 sampai 200 juta rupiah, bergantung kualitasnya—bisa memperlihatkan betapa sukanya orang Jepang abad ke-21 pada maguro, sushi tuna sirip biru. Sementara Cameron mengarahkan perahu ke laut dalam, Steve Wilson, peneliti Stanford University yang bekerja di Tuna Research and Conservation Center (TRCC) di Monterey, California, memeriksa pelacak satelit yang akan dipasangnya. Robbie Schallert, dari kelompok pelestari tuna sirip biru Tag-a-Giant dan rekan Wilson di TRCC, membuka gulungan matras-berlapis di dekat "pintu tuna" di buritan. Kami akan menandai dan mengukur tuna sirip biru.
Tiga belas kilometer di lepas pantai, salah satu pancing tonda berumpan ikan kembung kami disambar. Sheldon Gillis, asisten Kapten Cameron, berusaha menarik ikan tersebut. Senar pancing berdengung kencang setiap kali tuna sirip biru bergerak melawan. Dua puluh menit kemudian, agak jauh di belakang buritan, ikan tersebut terlihat untuk pertama kalinya. Gillis memperkirakan beratnya sekitar 300 kilogram. Dia memutar kili-kili sekuat tenaga setiap mendapat kesempatan. Badannya bersimbah peluh di pagi nan dingin itu. Setelah 20 menit, terdengar bunyi keras sirip ekor mengempas buritan. Begitu diangkat ke geladak melalui pintu tuna, ikan itu dibaringkan miring, diam meraksasa di atas matras.
Wilson dan tim pemasangan pelacaknya bekerja cepat dan efisien, seperti kru pit-stop menangani mobil balap dalam air. Kain hitam basah disampirkan di atas kepalanya untuk menutupi mata. Selang hijau dimasukkan ke mulutnya, memompakan air laut melewati insang. Gulungan meteran melayang di atas ikan, dilemparkan oleh satu pengukur kepada rekannya. Meteran itu diletakkan mendatar di atas ikan dari ujung hidung sampai titik percabangan sirip ekor. Ukuran ikan ini, panjang hingga lengkung ekor (curved fork length, CFL), adalah 300 sentimeter. CFL adalah pedoman akurat berat tuna: 556 kilogram dalam hal ini, hampir dua kali lipat perkiraan Gillis.
Sambil menekan ekor tuna dengan lutut, Wilson menusukkan pencucuk titanium sebagai penahan pelacak satelit yang dipasang sedikit di depan sirip punggung kedua. Empat anggota tim menempatkan diri di tiap sudut matras biru itu, dan mengangkatnya. Matras itu kini menjadi tempat tidur gantung. Sambil mengangkat ikan gergasi itu, keempat orang memutar 180 derajat perlahan sehingga kepala ikan menghadap ke pintu tuna. Schallert mengambil sepotong sirip belakang yang melengkung untuk analisis DNA. Kemudian dua orang di bagian ekor mengangkat matras mereka. Tuna meluncur melalui pintu kembali ke dalam teluk, menimbulkan cipratan seperti ada kuda yang terjun ke air. Tuna itu menghilang dalam dua kibasan ekor.
Pada malam sebelumnya, Wilson me­merogram di laptopnya agar pelacak satelit ikan itu lepas pada satu Juni tahun depan. Sembilan bulan dua minggu lagi dari hari ini, di zona waktu mana pun tuna sirip biru itu berada, pelacak akan mengalirkan arus listrik ke pen logam yang menghubungkannya dengan kabel dan pencucuk yang terpasang. Pen yang dialiri listrik akan terkorosi. Dalam beberapa jam, pen akan putus. Bola busa di bagian atas pelacak ini bersifat pejal, dan karena itu memiliki daya apung di kedalaman mana pun. Pelacak ini lalu naik. Begitu sampai ke permukaan, alat ini akan mulai mengunggah rahasia tersandi sang tuna—perjalanan, musim, dan pola selamnya—ke satelit yang mengorbit di angkasa.
Block mengelola TRCC dari Hopkins Marine Station di Jalan Cannery Row, bekerja sama dengan Monterey Bay Aquarium yang berdekatan. Setelah pelacak lepas pada waktu yang ditentukan, data satelit diunggah dari Samudra Atlantik, melintas benua Amerika hingga ke California, dan menuju Hopkins Station untuk ditafsirkan. Tiga puluh tahun yang lalu, dunia ilmu pengetahuan masih buta soal pergerakan tuna. Kemudian, satu demi satu, misteri migrasi hewan ini terkuak berkat teknologi pelacakan yang dipelopori oleh Block dan beberapa pihak lainnya.
Laboratorium Block mirip galeri seni. Dinding dan pintu lemari yang ditempeli grafik, peta, dan ilustrasi dari jurnal ilmiah, tidak ubahnya barang pameran. Kalau diberi judul, mungkin yang pas adalah "Status Sirip Biru".
Sayangnya, tuna sirip biru tidak dalam keadaan baik. Salah satu poster, "Perkiraan Populasi Pemijahan Tuna Sirip Biru Atlantik (1950-2008)", menunjukkan grafik biomassa tuna yang bertelur di Teluk Meksiko, di atas grafik yang sama untuk kawanan yang berkembang biak di Mediterania. Kedua populasi dilambangkan dengan garis, dan keduanya tengah menyelam menuju dasar grafik. Keduanya telah menembus garis putus-putus yang melambangkan penangkapan berkelanjutan dan menuju titik NOL kiloton biomassa pemijahan.
Tampilan petanya mirip lukisan pointilisme yang terbuat dari kumpulan titik. Lokasi tuna sirip biru, sebagaimana yang dilaporkan pelacak elektronik yang dipasang laboratorium ini selama bertahun-tahun, dilambangkan sebagai sebaran lingkaran kecil dalam berbagai warna. Peta yang paling menarik bagi Block memperlihatkan distribusi tuna sirip biru terhadap garis ICCAT.
Penangkapan tuna sirip biru atlantik diatur oleh International Commission for the Conservation of Atlantic Tunas. Model penilaian populasi ICCAT menggunakan garis putus-putus yang membagi Atlantik Utara secara vertikal. Garis demarkasi yang ditetapkan pada 1981 ini mengikuti garis 45° bujur barat dan membagi populasi tuna sirip biru atlantik menjadi populasi barat dan timur. Peta sebaran titik di lab itu menunjukkan sesuatu yang aneh. Posisi tuna barat yang ditandai secara elektronik, dilambangkan dengan lingkaran jingga-kemerahan, memenuhi Teluk Meksiko, tempat bertelur populasi ini. Kemudian dari sana menyebar ke timur, ke arah Atlantik. Kawanan ini melintasi garis ICCAT secara bebas dan menyebar sampai ke Portugal dan Spanyol. Posisi tuna sirip biru yang bertelur di timur yang dipasangi pelacak, dilambangkan dengan lingkaran putih, memenuhi Mediterania, tempat bertelur populasi ini. Dari sana menyebar ke barat, melintasi garis ICCAT, lalu memenuhi perairan pantai Amerika Serikat dan Kanada.
Garis ICCAT, menurut peta itu, sebenarnya tidak ada. Para ilmuwan dulu mengira bahwa setiap populasi tetap ada di tempatnya. Tetapi, sekarang tak ada lagi yang meyakini hal itu. Di seluruh Atlantik, di semua tempat makan spesies ini, populasi timur dan barat berbaur. Tampaknya hanya tempat bertelur yang berbeda.
Fakta pembauran ini telah dinyatakan oleh Block, pihak pelacak lain, dan peneliti DNA lebih dari satu dasawarsa yang lalu. Namun, hal ini belum disertakan dalam model ICCAT. Saat ini diperkirakan bahwa sekitar setengah tuna sirip biru yang ditangkap di sebelah timur Amerika Utara berasal dari Mediterania, tetapi tuna tersebut, jika tertangkap di barat, masih dihitung sebagai ikan yang berasal dari Atlantik Barat. Garis ICCAT bukan hanya memiliki kelemahan—garis ini sama sekali tidak ada gunanya dalam pengelolaan. Model ICCAT juga tidak memperhitungkan penangkapan ikan ilegal, meskipun penelitian menunjukkan bahwa tangkapan ilegal berjumlah sangat besar.
Hampir sepanjang sejarahnya, ICCAT meng­abaikan masukan dari panel ilmiahnya, Standing Committee on Research and Sta­tistics (SCRS). Untuk populasi timur yang ber­telur di Mediterania, yang jumlahnya jauh lebih besar, ICCAT secara rutin menetapkan kuota jauh lebih tinggi daripada yang di­rekomendasikan ilmu pengetahuan. Pada 2008, SCRS mengeluarkan penilaian yang paling mengkhawatirkan mengenai status populasi timur. Hasil tangkapan yang sebenarnya, tulis para ilmuwan, mungkin lebih dari dua kali lipat 28.500 metrik ton tangkapan yang diizinkan, dan lebih dari empat kali lipat jumlah tangkapan yang berkelanjutan. Mereka merekomendasikan untuk menghentikan penangkapan ikan se­lama masa puncak bertelur, dan mengurangi tangkapan yang diizinkan menjadi maksimum 15.000 metrik ton. Seperti biasa, ICCAT meng­abaikan imbauan ini.
Pada tahun yang sama, ICCAT menugaskan pihak independen untuk menilai kebijakannya. Panel penilai, yang beranggotakan pakar per­ikanan dan manajer perikanan terkemuka dari seluruh dunia, memberi penilaian yang sangat pedas. Menurut panel tersebut, pe­natagunaan ICCAT terhadap populasi tuna timur merupakan "aib internasional" dan "parodi manajemen perikanan". National Oceanic and Atmospheric Administration AS dan International Union for Conservation for Nature memberikan pendapat yang senada.
Untungnya, masih ada sebagian ahli biologi perikanan yang berpendapat bahwa jika tuna sirip biru atlantik dibiarkan pulih, populasinya bisa tumbuh sampai lima kali jumlahnya saat ini, dan dengan pengelolaan yang bijak dapat memberikan kuota besar yang berkelanjutan.
Pada 2009, Monako, sebagai tanggapan atas puluhan tahun kesalahan pengelolaan, mengusulkan agar tuna sirip biru atlantik dimasukkan dalam Appendix I CITES, Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah. Pencantuman tersebut berarti larangan internasional atas perdagangan tuna sirip biru, dan delegasi CITES dari negara penangkap ikan bahu-membahu menentang usulan tersebut. Namun, setidaknya ICCAT mulai tersadar. Pada tahun itu juga, untuk pertama kalinya, lembaga ini mengikuti saran ilmiah dalam menetapkan kuota bagi tuna sirip biru timur. Pada 2011, untuk mengatasi penangkapan ikan ilegal, lembaga itu mulai menguji sistem pelacakan elektronik untuk ikan yang ditangkap di laut hingga masuk ke pasar, dan awal 2014 sistem ini akan diterapkan secara penuh. Pada 2015 ICCAT bertekad merevisi protokol penilaian populasi tunanya yang ketinggalan zaman.
Arahnya sudah benar, tetapi struktur dan tata kelola ICCAT tetap tidak berubah, rentan terhadap tekanan politik dari pihak penangkap ikan di negara anggotanya.
Hopkins Station, didirikan oleh Stanford University pada 1892, merupakan laboratorium kelautan pertama di pantai barat Amerika. Gedungnya yang sudah tua, sebagaimana pabrik pengalengan di sekitarnya yang mendadak ditinggalkan pemiliknya ke timur, adalah peninggalan dari masa keemasan sarden yang berakhir 60 tahun silam. Tempat ini penuh dengan kenangan masa lalu. Yang paling me­nonjol di antara mereka adalah Ed Ricketts, sumber inspirasi bagi tokoh "Doc" dalam novel Cannery Row karya John Steinbeck. Setiap malam, ahli ekologi eksentrik ini meninggalkan Pacific Biological Laboratories, kantor reyot yang dikelolanya sendirian di 800 Cannery Row. Ia lalu menyelinap ke perpustakaan Hopkins untuk melakukan penelitian. Ricketts dan per­ikanan sarden tutup usia pada saat hampir bersamaan. Pria itu tewas pada 1948 di sebuah perlintasan kereta Monterey, sementara pabrik pengalengan terakhir, terlindas penangkapan berlebih, tutup beberapa tahun kemudian.
Sebidang pantai berbatu memisahkan Hopkins Station dengan Monterey Bay Aquarium. Ricketts pasti berjalan melintasi pantai tersebut setiap kunjungan malamnya ke perpustakaan. Di antara Hopkins dan akuarium, dalam bangunan tambahan yang digunakan bersama oleh kedua badan itu, terlihat tiga tangki besar setinggi pinggang yang penuh dengan anak tuna sirip biru Pasifik. Ikan tersebut keturunan ikan yang digunakan Block dan rekan-rekannya untuk menyempurnakan teknik pemasangan pelacak.
Jika kita ingin tuna sirip biru bertahan di masa depan, diperlukan manajemen bijak yang didukung ilmu pengetahuan yang mantap. Di sini, di Monterey, konsekuensi keadaan sebaliknya terlihat sangat jelas. Tepat di bawah tangki tempat tuna sirip biru berenang berputar tiada henti, terdapat fondasi semen, bekas dermaga pabrik pengalengan yang membentang hingga ke Teluk yang dulu dibanjiri kawanan sarden keperakan yang kini sirna. (Kenneth Brower)
*) Gambar : Tuna sirip biru atlantik (Foto Brian Skerry)


Tuesday, 11 March 2014

Menjaga kesehatan jantung dengan Rumput laut....!!!


 
Menjaga kesehatan jantung dengan Rumput laut....!!!| http://poerwalaksana.blogspot.com/
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bagi kebanyakan orang rumput laut bukanlah suatu jenis makanan yang diminati, dan cenderung diabaikan masyarakat barat. 
Namun menyelipkan rumput laut pada saat makan malam dapat membantu mencegah serangan jantung, kata para peneliti. 
Para peneliti telah menemukan bahan-bahan kunci dalam rumput laut yang membantu menurunkan tekanan darah, mirip dengan obat yang biasa diresepkan oleh dokter. 
Menurut sebuah studi besar, rumput laut merupakan yang kaya protein yang dikenal sebagai peptida bioaktif yang juga ditemukan dalam susu. Bahan kimia ini memiliki efek mirip dengan obat ACE inhibitor, yang secara luas diresepkan untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mencegah serangan jantung dan stroke. 
Diketahui, rumput laut sangat jarang dikonsumsi masyarakat eropa dan barat, namun berbagai jenis rumput laut telah menjadi bahan pokok dalam makanan Jepang selama berabad-abad. 
Varietas populer dari rumput laut adalah Wakame, digunakan dalam sup miso, Kombu, dan Nori, yang dikeringkan dan digunakan untuk membungkus sushi. 
Dr Maria Hayes, dari Pusat Penelitian Makanan Teagasc di Dublin, mengatakan bahwa rumput laut adalah makanan sehat yang belum dimanfaatkan. 
Rumput laut sangat rendah akan kalori, dan beberapa ilmuwan mengklaim bahwa menkonsumsinya dapat membantu dalam penurunan berat badan dengan mencegah penyerapan lemak. 
Bahkan peneliti Jepang baru-baru ini menemukan bahwa tikus yang diberi makan jenis rumput laut tertentu kehilangan 10 persen berat badan mereka. 
Rumput laut mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara kimia rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%) serat kasar (3%) dan abu (22,25%). 
Selain karbohidrat, protein, lemak dan serat, rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E dan K) dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan natrium.
Kandungan asam amino, vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10 -20 kali lipat dibandingkan dengan tanaman darat. 
Menjaga kesehatan jantung dengan Rumput laut....!!!| http://poerwalaksana.blogspot.com/
Hasil Olahan Rumput Laut 
Nori: Nori dibuat dari rumput laut yang dihaluskan. bubur rumput laut ini kemudian dihamparkan dengan ketebalan yang sangat tipis. 
Proses selanjutnya dikeringkan sehingga bentuknya lembaran menyerupai kertas. Nori banyak digunakan pada masakan Jepang, mulai dari pembungkus sushi, udang gulung atau rollade goreng. Pilih nori yang lentur, kering dan warnanya hitam mengkilat. 
Menjaga kesehatan jantung dengan Rumput laut....!!!| http://poerwalaksana.blogspot.com/
Kombu dan Wakame 
Sejenis ganggang laut yang dikeringkan. Kombu adalah bahan dasar membuat kaldu pada masakan Jepang. 
Setelah direbus kuahnya untuk kaldu dan kombunya digunakan untuk isi soup, salad atau tumisan. 
Sedangkan wakame, bentuknya hampir menyerupai kombu, biasanya digunakan untuk campuran salad, isi soup atau campuran mie. jangan merebus wakame lebih dari satu menit untuk mendapatkan citarasa yang maksimal.


 
 
 
 
More News:  www.whazzup-u.com

Tasik Chini tumpuan pencinta alam semula jadi


 

PENGUNJUNG berpeluang menerokai keindahan dan  ketenangan Tasik Chini menggunakan bot yang disediakan oleh pihak Tasik Chini  Resort, Pekan.
 
PEKAN 19 Julai - Pahang merupakan salah satu negeri yang kaya dengan  tempat-tempat menarik untuk dilawati termasuk dua tasik semula jadi yang  terbesar di Malaysia.
Selain Tasik Bera, Tasik Chini adalah antara lokasi tumpuan pelancong  terutama bagi penggemar aktiviti lasak dan pencinta alam sekitar.
Tasik yang terkenal dengan mitos Naga Seri Gumum itu mempunyai keluasan hutan  kira-kira 5,000 hektar yang sesuai untuk aktiviti perkhemahan dan merentasi  hutan.
Pelbagai aktiviti menarik disediakan oleh Tasik Chini Resort untuk para  pengunjung terutama aktiviti air melibatkan kayak dan bagi kaki pancing pula,  Tasik Chini merupakan destinasi yang perlu dikunjungi untuk menguji kepakaran  mereka menaikkan pelbagai spesies ikan air tawar di tasik tersebut.

Selain itu, pengunjung boleh melawat taman orkid dan mencuba permainan  paintball sama ada secara individu mahupun berkumpulan selain bersiar-siar  sambil menunggang kuda.
Terdapat beberapa pintu masuk utama untuk sampai ke Tasik Chini iaitu melalui  Muadzam Shah, Kampung Belimbing dan persimpangan Paloh Hinai dengan jarak  perjalanan 60 kilometer dari bandar Pekan dan 100 kilometer dari Kuantan.
Pihak pengurusan Tasik Chini Resort menyediakan bilik penginapan yang selesa  termasuk asrama, bilik biasa, deluxe dan bilik VIP serta tapak perkhemahan.
Bagi penggemar sukan lasak, mereka boleh mencuba pelbagai aktiviti termasuk  abseiling dan flying fox manakala pencinta alam sekitar pula berpeluang  mengelilingi Tasik Chini menggunakan bot yang disediakan.
Pada masa yang sama, Tasik Chini menjadi tarikan pada bulan Jun hingga  September kerana bunga teratai akan menghiasi tasik tersebut.
Orang ramai yang ingin mendapat maklumat lanjut mengenai pelancongan di Tasik  Chini boleh melayari laman sesawang www.lakechiniresort.com.


Artikel Penuh:  ©  Utusan Melayu (M) Bhd

More News:  www.whazzup-u.com

Monday, 10 March 2014

Khazanah dasar laut

Oleh SITI NOR AFZAN KASIMAN





RATUSAN tahun dahulu, ribuan kapal telah belayar merentasi Selat Melaka dan Laut China Selatan. Destinasi mereka adalah untuk mencari tanah baharu namun sebahagian besar daripadanya ingin berdagang dengan dunia luar.
Tidak hairanlah pada abad ke-15, perairan laut negara dipenuhi kapal yang membawa banyak barang dagangan. Sungguhpun begitu, tidak semuanya selamat sampai ke destinasi yang dituju.
Ada kapal yang karam di lautan sama ada disebabkan bocor terlanggar batu karang, dibedil dalam peperangan atau dipukul ribut.
Sejak dari zaman penjajahan Portugis, Belanda, British sehinggalah ke Jepun, semakin banyak kapal yang membawa pelbagai harta karam di perairan negara.
Pakar arkeologi yang juga bekas Ketua Pengarah Jabatan Muzium, Datuk Dr. Adi Taha pernah berkata, keadaan geografi dan sejarah perdagangan di Tanah Melayu menyebabkan ia memiliki banyak khazanah maritim berupa kapal karam dan harta karun.
“Bagaimanapun, ia bukanlah jongkong atau berlian sebaliknya pinggan mangkuk yang diperbuat daripada seramik, tembikar, senjata, wang syiling selain pelbagai barang dagangan pada zaman itu,” katanya.
Gading gajah
Antara usaha terawal dalam kerja mencari kapal karam di dasar laut dilakukan sekitar penghujung 1970-an apabila Kerajaan Terengganu bersama Jabatan Muzium dan dibantu Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) menemui bangkai kapal karam tentera Jepun berhampiran Chendering.
Kapal yang karam kerana terkena tembakan peluru berpandu itu tenggelam kira-kira 30 meter di dasar laut. Kerja penyelaman dijalankan dan lakaran bentuk kapal itu berjaya dihasilkan.
Sementara itu, antara penemuan terbesar dalam kerja mencari kapal karam di dasar laut dicatat pada 1980-an apabila bangkai kapal dagang Risdam ditemui di perairan Mersing, Johor.
Kapal dagang milik Syarikat Hindia Timur Belanda (VOC) seberat 520 tan itu dibina pada tahun 1713 dan didapati karam pada 1727 akibat kebocoran.
Khazanah harta kapal karam yang ditemui dalam kapal itu adalah 90 batang gading gajah, kira-kira 100 jongkong timah dan dua tembikar Thailand.

SUDAH terbenam di dasar laut untuk tempoh lama, sauh ini asalnya dipenuhi dengan teritip.


“Operasi menyelamat khazanah kapal karam atau salvaj telah dijalankan oleh H.C Besancon iaitu ahli Butch East Wreck Foundation.
“Mereka mendesak kerajaan Belanda supaya satu rundingan dilakukan dengan kerajaan Malaysia untuk melakukan salvaj namun tidak berjaya.
“Akibatnya, mereka melakukan salvaj secara haram.
“Atas nasihat Pesuruhjaya Tinggi Malaysia di Singapura, laporan itu telah dihantar kepada Ketua Pengarah Jabatan Muzium dan Antikuiti, Jabatan Kastam dan Eksais serta Kerajaan Negeri Johor,” kata Ketua Penolong Pengarah Bahagian Pengurusan, Jabatan Muzium Negara, Samsol Sahar.
Tidak menolak tanggapan bahawa muatan kapal karam memiliki nilai komersial tinggi, bagi Jabatan Muzium, ia sangat berharga kepada negara, jelas Samsol.
Biarpun Risdam pernah diteroka pada tahun 1984, namun kerja-kerja sistematik mengikut kaedah arkeologi maritim hanya dimulakan pada tahun 1995 apabila Jabatan Muzium dan Antikuiti membuat kerja-kerja menyelamat khazanah terhadap kapal perang Belanda, Nassau di Port Dickson, Negeri Sembilan.
Serpihan artifak yang ditemui oleh para nelayan ketika memukat ikan menjadi petanda ada kapal karam di situ.
Berbulan-bulan
Berkongsi pengalaman tentang bagaimana operasi salvaj dilakukan, pembantu muzium, Mohd. Suparman Mohd. Miskan berkata, ia tidak semudah kerja ekskavasi di daratan.
“Walaupun ada ratusan kapal yang karam di perairan negara, setakat ini Jabatan Muzium baru melakukan operasi salvaj ke atas 13 buah kapal dengan bantuan pakar dari syarikat swasta.
“Sebelum turun membuat kerja-kerja salvaj, banyak perkara yang perlu kami lakukan. Ini termasuk mengenal pasti lokasi kapal karam menggunakan pengimbas sisi sonar.
“Bukan mudah untuk menjumpai kapal karam kerana ia sudah ditimbusi pasir. Ada kapal tenggelam sehingga 63 meter di dasar laut.
“Keadaan seperti itu menyebabkan kami terpaksa mengambil masa sehingga berbulan-bulan sebelum dapat berjumpa dengan lokasi tepat,” katanya yang mengangap batu dan kayu balak dapat mengelirukan sistem pencarian yang digunakannya.
“Apabila sampai ke lokasi tepat, kami akan memasang grid menggunakan tali dan besi bagi memudahkan skala pencarian dan kerja mendokumentasi.
“Selepas semuanya selesai, baru kami menyelam untuk mencari dan mengumpulkan artifak,” katanya yang sudah lebih 10 tahun terlibat dalam operasi salvaj.
Ular
Selain menyelamat, artifak yang ditemui perlu didokumentasikan.

SETIAP artifak yang ditemui mempunyai kisah sejarah yang tersendiri.


“Seperti di darat, kami akan melukis penemuan di setiap tapak grid mengunakan pensel dan papan slip khas untuk mendapat gambaran lebih jelas tentang sejarah kapal tersebut,” katanya.
Selain Suparman, Mohd. Edry Awang Gani yang juga pembantu muzium, turut terlibat dalam misi salvaj.
“Kami akan turun secara berkumpulan dan bergilir-gilir.
“Kami tidak boleh terlalu lama di dasar laut kerana tangki oksigen boleh bertahan di antara setengah jam hingga satu jam sahaja,” katanya.
Di samping menyelam dan melukis, para penyelam akan memasukkan semua barang yang dijumpai ke dalam bakul sebelum ditarik ke atas.
Sampai saja tiba di atas, artifak yang kebanyakannya seramik dan porselin akan asingkan mengikut jenis sebelum dibersihkan.
“Ada artifak yang perlu direndam dengan air suling untuk membuang garam.
“Ada juga yang tidak boleh terdedah kepada persekitaran daratan dan terpaksa direndam untuk tempoh yang lama seperti hulu pedang dan sarung keris,” katanya yang mengakui kerja salvaj telah mengubah persepsinya tentang apa yang mungkin ada di dasar laut.
“Di bawah sana memang gelap, bahkan boleh dikatakan sangat gelap sehinggakan ada kawan di sebelah pun kita tidak perasan.
“Pernah juga ada penyelam daripada syarikat swasta yang dipatuk ular laut. Kami juga terdedah dengan sengatan obor-obor.
“Namun, seronok juga bekerja di bangkai kapal yang telah menjadi tempat tinggal ribuan ikan dan batu karang,” katanya.



More News:  www.whazzup-u.com